Blogger Widgets

Pencarian

Selasa, 08 Desember 2015

Tokoh-Tokoh Gerakan Pramuka Dunia dan Indonesia

Lahirnya Gerakan Pramuka tak lepas dari tokoh-tokoh penting. Pramuka yang berasal dari Inggris dengan nama Scout ini memiliki tokoh-tokoh penting dalam perjuangannya. Tokoh-tersebut antara lain:

1. Agnes Baden-Pawell  
Agnes Baden-Powell (lahir di Inggris, 16 Desember 1858 – meninggal di Inggris, 2 Juni 1945 pada umur 86 tahun) adalah saudara perempuan Robert Baden-Powell pelopor Gerakan Kepanduan. Agnes Baden-Powell dikenal karena kontribusinya dalam Gerakan Kepanduan Putri bersama kakaknya, Robert Baden-Powell.

Ia adalah anak ke-9 dari sepuluh bersaudara, dan anak perempuan ke-3 dari Rev. Baden Powell dan Henrietta Grace Smyth. Pada saat ia berumur 2 tahun, ayahnya meninggal dunia, dan untuk menghormatinya, ibunya menambahkan nama "Baden" pada nama keluarga mereka sehingga menjadi Baden-Powell. Sejak kecil, Agnes Baden-Powell sudah menunjukan ketertarikannya terhadap berbagai bidang, ia tumbuh sebagai musikus, bermain organ, piano dan biola, menguasai 11 bahasa dan ia juga memiliki ketertarikan dalam ilmu alam dan astronomi. Bahkan bersama kakaknya Baden Fletcher Smyth Baden-Powell, ia pernah membuat balon udara dan terbang bersama-sama. Ia juga tercatat sebagai anggota kehormatan the Royal Aeronautical Society dari tahun 1938. Ia juga pernah menjadi Ketua Divisi Palang Merah Westminster.
Pada tahun 1908, ia mengikuti kakaknya, Robert Baden-Powell membentuk sekelompok kecil anak putri yang mampu bertindak pada saat darurat, ia menamakan “Girls' Emergency Corps". Tahun 1909, ketika para pandu putra mengadakan rally di Crystal Palace, London, para pandu putri ini berkumpul dan berharap untuk bergabung bersama. Akhirnya Robert Baden-Powell meminta bantuan Agnes untuk mengorganisir mereka, bersama-sama, mereka menerbitkan Pamphlet A dan Pamphlet B, panduan untuk kepanduan putri. Tahun 1910, Agnes dan beberapa temannya membentuk komite untuk mengorganisasi Kepanduan Putri dengan Agnes sebagai Presidennya, mereka mulai menempati ruangan kantor di Markas Besar kepanduan putra. Baden-Powell meminjam uang untuk menyewa ruangan ini.
Pada tahun 1920, ia mengundurkan diri sebagai Presiden dan memberikan kesempatan kepada Putri Mary, putri dari Raja George V untuk menjabat sebagai Presiden. Ia menjabat sebagai wakil Presiden hingga ia meninggal pada tahun 1945.

Sumber: Wikipedia


2. Robert Baden-Powell
 Robert Stephenson Smyth Baden Powell atau Baron Baden Powell I yang kemudian terkenal sebagai Baden Powell, BP, atau Lord Baden Powell, lahir di Paddington, London pada 22 Februari 1985. Nama kecilnya Robert Stephenson Smyth Powell. Powell merupakan nama keluarga dari ayahnya, Baden Powell yang merupakan seorang pendeta dan dosen Geometri di Universitas Oxford. Sedangkan Smyth diambil dari nama ibunya, Henrietta Grace Smyth. Ayah Stephenson (Baden Powell) meninggal dunia saat Stephenson masih berusia 3 tahun.
Karena ditinggal mati oleh ayahnya sejak kecil, Robert Stephenson mendapatkan pendidikan watak dan aneka keterampilan dari ibu kakak-kakaknya. Peran ibu bagi Baden Powell bahkan pernah diungkap langsung oleh beliau dengan kalimat, “Rahasia keberhasilan saya adalah ibu saya.”

Sejak kecil Baden Powell dikenal anak yang cerdas, gembira, dan lucu sehingga banyak disukai oleh teman-temannya. Di samping itu Baden Powell pun pandai bermain musik (piano dan biola), teater, berenang, berlayar, berkemah, mengarang, dan menggambar.

Setamat sekolah di Rose Hill School, Tunbridge Wells, Robert Stephenson (Baden Powel) mendapat beasiswa untuk sekolah di Charterhouse. Dan setelah dewasa, Baden Powell bergabung dalam ketentaraan Inggris. Beliau sering ditugaskan di luar Inggris seperti bergabung dengan 13th Hussars di India (1876), dinas khusus di Afrika (1895), memimpin Pasukan Dragoon V (1897), pemimpin resimen di Zulu Afrika Selatan (1880), Kepala Staf di Rhodesia Selatan (sekarang dikenal Zimbabwe) tahun 1896, memimpin The Mafeking Cadet Corps di Mafeking, Afrika Selatan (1899-1900).

Selama menjadi tentara, banyak hal yang dialaminya. Pengalaman itu diantaranya:
  1. Saat menjadi pembantu Letnan pada 13th Hussars yang berhasil mengikuti jejak kuda yang hilang di puncak gunung serta melatih panca indera kepada Kimball O’Hara.
  2. Bersama The Mafeking Cadet Corp, mempertahankan kota Mafeking, Afrika Selatan, meskipun dikepung bangsa Boer selama 127 hari dalam kondisi kekurangan makan. Padahal The Mafeking Cadet Corp hanyalah pasukan pembawa pesan yang tidak berpengalaman menghadapi musuh.
  3. Mengadakan latihan bersama dan bertukar kemampuan survival dengan Raja Dinizulu di Afrika Selatan.
Berbagai pengalaman tersebut ditulis dalam buku berjudul 'Aids to Scouting' pada tahun 1899. Buku ini sebenarnya merupakan panduan bagi tentara muda Inggris dalam melaksanakan tugas penyelidik. Buku ini kemudian terjual laris di Inggris. Bahkan tidak hanya dibaca oleh para tentara saja tetapi digunakan juga oleh para guru dan organisasi pemuda.
Melihat banyaknya pengguna buku 'Aids to Scouting', dan atas saran William Alexander Smith (Pendiri Boys Brigade; salah satu Organisasi Kepemudaan di Inggris) Baden Powell berniat menulis ulang buku tersebut untuk menyesuaikan dengan pembaca remaja yang bukan dari ketentaraan. Untuk menguji ide-ide barunya, pada 25 Juli - 2 Agustus 1907 Baden Powell menyelenggarakan perkemahan di Brownsea Island bersama dengan 22 anak lelaki yang berlatar belakang berbeda. Hingga pada tahun 1908 terbitlah buku 'Scouting for Boys' yang kemudian menjadi acuan kepramukaan di seluruh dunia.
Tahun 1910, atas saran Raja Edward VII, Baden Powell memutuskan pensiun dari ketentaraan dengan pangkat terakhir Letnan Jenderal untuk fokus pada pengembangan pendidikan kepramukaan. 
Pada Januari 1912 Baden Powell bertemu dengan Olave St Clair Soames saat di atas kapal dalam lawatan kepramukaan ke New York. Mereka kemudian menikah pada tanggal 31 Oktober 1912. Mereka tinggal di Hampshire, Inggris dan dianugerahi 3 orang anak (satu laki-laki dan dua perempuan), yaitu: Arthur Robert Peter (Baron Baden-Powell II), Heather Grace (Heather Baden-Powell), dan Betty Clay (Betty Baden-Powell).
Tahun 1930-an Baden Powel mulai sakit-sakitan. Pada tahun 1939 Baden-Powell dan Olave memutuskan pindah dan tinggal di Nyeri, Kenya. Hingga pada tanggal 8 Januari 1941 Baden Powell meninggal dan dimakamkan di pemakaman St. Peter, Nyeri.
Semasa hidupnya Baden Powell mendapatkan berbagai gelar kehormatan, termasuk gelar Lord dari Raja George pada tahun 1929. Pun Baden Powell aktif menulis berbagai buku baik tentang kepramukaan, ketentaraan, maupun bidang lainnya. Beberapa buku tentang kepramukaan yang ditulisnya antara lain, Scouting for Boys (1908), The Handbook for the Girl Guides or How Girls Can Help to Build Up the Empire (ditulis bersama Agnes Baden-Powell; 1912), The Wolf Cub's Handbook (1916), Aids To Scoutmastership (1919), Rovering to Success (1922), Scouting Round the World (1935) dll.
Sumber: Wikipedia, Pramukaria


3. Carl XVI Gustaf dari Swedia 
Carl XVI Gustaf (Carl Gustaf Folke Hubertus, lahir di Solna, 30 April 1946; umur 69 tahun) bergelar Yang Mulia Sang Raja adalah Raja Swedia saat ini. Ia adalah putra satu-satunya Pangeran Gustaf Adolf (1906-1947) dan Putri Sibylla dari Sachsen-Coburg-Gotha (1908-1972). Ia naik takhta pada 15 September 1973 setelah kakeknya, Gustaf VI Adolf meninggal dunia.
Carl Gustaf ialah anak bungsu dari 5 bersaudara dan satu-satunya putra Pangeran Gustaf Adolf dan Putri Sibylla. Kematian ayahnya dalam kecelakaan pesawat di luar Kopenhagen, Denmark pada 26 Januari 1947 meninggalkan Carl Gustaf yang berusia 9 bulan kedua dalam garis pewaris tahta, di belakang kakendanya, Putra Mahkota Gustaf Adolf. Saat buyutnya Raja Gustaf V meninggal pada 1950, Carl Gustaf yang berusia 4 tahun menjadi pewaris tahta Swedia.
Ia merupakan Ketua Kehormatan Yayasan Pramuka Sedunia, dan sering ikut serta dalam kegiatan kepramukaan di Swedia dan luar negeri. Ia menghadiri Jambore Nasional di Virginia, Amerika Serikat pada 1981 dan dianugerahi Bronze Wolf, satu-satunya medali Organisasi Gerakan Pramuka Sedunia, dianugerahi oleh Komite Pramuka Sedunia untuk layanan istimewa dalam pramuka dunia, pada 1982. Barangkali, di seluruh dunia, Carl XVI Gustaf terkenal sebagai presenter Penghargaan Nobel tiap tahun. Ia juga menganugerahkan Hadiah Musik Polar. Tahun ini Carl XVI Gustaf mendatangi Indonesia dalam Jambore di Jawa Barat.

Sumber: Wikipedia


4. Adhyaksa Dault
Dr. H. Adhyaksa Dault, SH, M.Si (lahir di Donggala, Sulawesi Tengah, 7 Juni 1963)  merupakan Ketua Kwarnas masa bhakti 2013-2018 yang baru terpilih kemarin dalam Munas Gerakan Pramuka di Kupang, NTT. Hampir semua orang mengenal sosok Kak Adhyaksa Dault. Apalagi sebelumnya, beliau pernah menjabat sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga dalam Kabinet Indonesia Bersatu (2004-2009).
Secara fisik maupun kepribadian, Sang Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka terbaru ini juga mudah dikenali. Postur tubuh dan kumis tebalnya, hingga gaya bicaranya yang tegas dan berapi-api gampang diingat. Namun dalam kepramukaan, apa yang diingat oleh para pramuka se Indonesia? Mungkin Kak Adhyaksa Dault kalah pamor dibanding dengan tokoh-tokoh pramuka lainnya semisal Kak Dede Yusuf (Ka Kwarda Jawa Barat) yang berulang kali masuk tv dengan mengenakan seragam pramuka. Atau dengan para andalan nasional dan pengurus kwartir lainnya yang sering kali muncul di gelaran kegiatan kepramukaan. Dan memang, praktis sebelumnya Kak Adhyaksa Dault belum pernah menduduki jabatan struktural baik di Kwartir Nasional maupun Kwartir Daerah.
Namun perhatian dan kecintaannya terhadap pramuka tidak bisa diragukan. Selain sejak kecil telah aktif menjadi anggota Gerakan Pramuka, keluarnya Undang-undang Gerakan Pramuka tidak lepas dari campur tangan beliau yang saat sebelumnya menjabat sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga.

Sumber: WikipediaPramukaria


 5. Hamengkubuwana IX
 Bendara Raden Mas Dorodjatun atau Sri Sultan Hamengkubuwana IX (bahasa Jawa: Sri Sultan Hamengkubuwono IX), lahir di Ngayogyakarta Hadiningrat, 12 April 1912 – meninggal di Washington, DC, Amerika Serikat, 2 Oktober 1988 pada umur 76 tahun. Ia adalah salah seorang Sultan yang pernah memimpin di Kasultanan Yogyakarta (1940-1988) dan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta yang pertama setelah kemerdekaan Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai Wakil Presiden Indonesia yang kedua antara tahun 1973-1978. Ia juga dikenal sebagai Bapak Pramuka Indonesia, dan pernah menjabat sebagai Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. 
Lahir di Yogyakarta dengan nama Bendoro Raden Mas Dorodjatun di Ngasem, Hamengkubuwana IX adalah putra dari Sri Sultan Hamengkubuwana VIII dan Raden Ajeng Kustilah. Di umur 4 tahun Hamengkubuwana IX tinggal pisah dari keluarganya. Dia memperoleh pendidikan di HIS di Yogyakarta, MULO di Semarang, dan AMS di Bandung. Pada tahun 1930-an ia berkuliah di Rijkuniversiteit (sekarang Universiteit Leiden), Belanda ("Sultan Henkie").

Hamengkubuwana IX dinobatkan sebagai Sultan Yogyakarta pada tanggal 18 Maret 1940 dengan gelar "Ngarsa Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kangjeng Sultan Hamengkubuwana Senapati-ing-Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panatagama Khalifatullah ingkang Jumeneng Kaping Sanga ing Ngayogyakarta Hadiningrat". Ia merupakan sultan yang menentang penjajahan Belanda dan mendorong kemerdekaan Indonesia. Selain itu, dia juga mendorong agar pemerintah RI memberi status khusus bagi Yogyakarta dengan predikat "Istimewa".[1] Sebelum dinobatkan, Sultan yang berusia 28 tahun bernegosiasi secara alot selama 4 bulan dengan diplomat senior Belanda Dr. Lucien Adam mengenai otonomi Yogyakarta. Pada masa Jepang, Sultan melarang pengiriman romusha dengan mengadakan proyek lokal saluran irigasi Selokan Mataram. Sultan bersama Paku Alam IX adalah penguasa lokal pertama yang menggabungkan diri ke Republik Indonesia. Sultan pulalah yang mengundang Presiden untuk memimpin dari Yogyakarta setelah Jakarta dikuasai Belanda dalam Agresi Militer Belanda I.

Sejak usia muda Hamengkubuwana IX telah aktif dalam organisasi pendidikan kepanduan. Menjelang tahun 1960-an, Hamengkubuwana IX telah menjadi Pandu Agung (Pemimpin Kepanduan). Pada tahun 1961, ketika berbagai organisasi kepanduan di Indonesia berusaha disatukan dalam satu wadah, Sri Sultan Hamengkubuwono IX memiliki peran penting di dalamnya. Presiden RI saat itu, Ir. Soekarno, berulang kali berkonsutasi dengan Sri Sultan tentang penyatuan organisasi kepanduan, pendirian Gerakan Pramuka, dan pengembangannya.

Pada tanggal 9 Maret 1961, Presiden RI membentuk Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka. Panitia ini beranggotakan Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Prof. Prijono (Menteri P dan K), Dr.A. Azis Saleh (Menteri Pertanian), dan Achmadi (Menteri Transmigrasi, Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa). Panitia inilah yang kemudian mengolah Anggaran Dasar Gerakan Pramuka dan terbitnya Kepres Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961.

Pada tanggal 14 Agustus 1961, yang kemudian dikenal sebagai Hari Pramuka, selain dilakukan penganugerahan Panji Kepramukaan dan defile, juga dilakukan pelantikan Mapinas (Majelis Pimpinan Nasional), Kwarnas dan Kwarnari Gerakan Pramuka. Sri Sultan Hamengku Buwono IX menjabat sebagai Ketua Kwarnas sekaligus Wakil Ketua I Mapinas (Ketua Mapinas adalah Presiden RI).

Sri Sultan bahkan menjabat sebagai Ketua Kwarnas (Kwartir Nasional) Gerakan Pramuka hingga empat periode berturut-turut, yakni pada masa bakti 1961-1963, 1963-1967, 1967-1970 dan 1970-1974. Sehingga selain menjadi Ketua Kwarnas yang pertama kali, Hamengkubuwono IX pun menjadi Ketua Kwarnas terlama kedua, yang menjabat selama 13 tahun (4 periode) setelah Letjen. Mashudi yang menjabat sebagai Ketua Kwarnas selama 15 tahun (3 periode).

Keberhasilan Sri Sultan Hamengku Buwana IX dalam membangun Gerakan Pramuka dalam masa peralihan dari “kepanduan” ke “kepramukaan”, mendapat pujian bukan saja dari dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri. Beliau bahkan akhirnya mendapatkan Bronze Wolf Award dari World Organization of the Scout Movement (WOSM) pada tahun 1973. Bronze Wolf Award merupakan penghargaan tertinggi dan satu-satunya dari World Organization of the Scout Movement (WOSM) kepada orang-orang yang berjasa besar dalam pengembangan kepramukaan.

Atas jasa tersebutlah, Musyawarah Nasional (Munas) Gerakan Pramuka pada tahun 1988 yang berlangsung di Dili (Ibukota Provinsi Timor Timur, sekarang negara Timor Leste), mengukuhkan Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Bapak Pramuka Indonesia. Pengangkatan ini tertuang dalam Surat Keputusan nomor 10/MUNAS/88 tentang Bapak Pramuka.

 Sumber: Wikipedia, Pramukaria


6.  Juliette Gordon Low
Juliette Gordon Low (Savannah, 31 Oktober 1860 - 17 Januari 1927) ialah seorang pimpinan pemudi berkebangsaan Amerika Serikat dan pendiri Girl Scouts of the USA pada tahun 1912.
Ia terlahir sebagai Juliette Magill Kinzie Gordon dan dikenal sebagai "Daisy" sepanjang hidupnya. Keluarga ibunya berasal dari Chicago. Pada usia 26 tahun, menentang kehendak OrTunya, ia menikah dengan William "Willy" Mackay "Willy" Low, anak seorang pedagang katun kaya yang merupakan bangsawan Inggris. Setelah sebelumnya tuli di salah satu sisi telinga akibat infeksi, pada pernikahannya itu ia menjadi tuli total setelah sedikit nasi tersangkut di telinganya yang sehat. Selama proses pengeluaran nasi, gendang telinganya tertusuk dan terinfeksi.

Pasangan muda tersebut pindah ke Inggris. Pernikahannya dengan Tn. Low tak membuahkan anak dan tak bahagia. Juliette menuntut cerai karena kebiasaan suaminya yang suka mabuk-mabukan dan merayu wanita lain. 6 tahun setelah kematian suaminya akibat stroke, Juliette bertemu Robert Baden-Powell dan saudarinya Agnes. Ia dan Sir (kemudian Lord) Baden Powell memiliki minat yang sama di bidang pahatan dan seni. Sir Baden-Powell merupakan pahlawan Perang Boer Kedua.

Selama di Britania Raya, Juliette bekerja sebagai pimpinan Pandu Puteri untuk barisan yang diorganisasinya di Skotlandia dan London. Ketika kembali ke Amerika Serikat pada tahun 1912, Juliette menghubungi sepupunya: "Datanglah! Aku membawa sesuatu untuk para gadis Savannah, dan seluruh Amerika, dan seluruh dunia, dan kita akan memulainya nanti malam!" Pada tanggal 12 Maret 1912, Juliette mengumpulkan 18 gadis untuk mendaftar ke barisan pertama American Girl Guides. Margaret "Daisy Doots" Gordon, keponakan dan yang senama dengannya, merupakan anggota pertama yang terdaftar, namun tak menghadiri pertemuan pertama. Nama organisasi tersebut berubah menjadi Girl Scouts pada tahun berikutnya. Organisasi tersebut dijadikan badan hukum pada tahun 1915, dengan Juliette yang menjabat sebagai presiden hingga tahun 1920 ketika ia diberi gelar "pendiri".

Ia meninggal pada usia 66 tahun akibat kanker payudara. Ia dimakamkan bersama dengan seragam pramukanya di Laurel Grove Cemetery, Savannah, Georgia.

Sumber: Wikipedia


7. Mashudi
Letjen TNI (Purn) Haji Mashudi (lahir di Desa Cibatu, Garut, Jawa Barat, 11 September 1919 – meninggal di Jakarta, 22 Juni 2005 pada umur 85 tahun) adalah mantan Gubernur Jawa Barat dan mantan Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka pada tahun 1978-1993. 

Menjadi Ketua Majelis Pembimbing Pramuka Jawa Barat sejak tahun 1961. Pada tahun 1974, setelah melepas jabatan sebagai Wakil Ketua MPRS (1967-1972), ia menjadi Ketua Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Jawa Barat. Pada tahun yang sama, Mashudi dipilih menjadi Wakil Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka.
 Di tengah masa baktinya sebagai Wakil Ketua Kwarnas, Mashudi ditunjuk menjadi Pjs Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka menggantikan Sarbini hingga tahun 1978. Dalam Munas Gerakan Pramuka di Bukit Tinggi, Sumatera Barat pada tahun 1978, Mashudi terpilih secara aklamasi menjadi Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka hingga tahun 1993.

 Sumber: Wikipedia


8.Olave Baden-Powell
Olave St Clair Baden-Powell, Baroness Baden-Powell, GBE (lahir di Chesterfield, Inggris, 22 Februari 1889 – meninggal di Bramley, Inggris, 25 Juni 1977 pada umur 88 tahun) adalah istri Robert Baden-Powell, pelopor Gerakan Kepanduan. Ia dilahirkan di Chesterfield, Inggris dengan nama Olave St Clair Soames namun setelah menikah dengan Robert Baden-Powell, ia lebih dikenal dengan nama Olave Baden-Powell atau Lady Baden-Powell atau The Dowager Lady Baden-Powell.
Ia dikenal karena kontribusinya dalam membangun Gerakan Kepanduan Putri Inggris dan dunia, Olave Baden-Powell menjadi ketua kepanduan putri Inggris pada tahun 1918, kemudian menjadi ketua kepanduan putri dunia pada tahun 1930. Selama hidupnya ia sempat mengunjungi 111 negara, untuk membantu perkembangan Gerakan Kepanduan di seluruh dunia.

Olave Soames adalah anak ketiga dan anak perempuan termuda dari pasangan Harold Soames dan Katherine Soames. Ia didik oleh ayah dan ibunya di rumah. Pada masa mudanya ia aktif dalam berbagai kegiatan lapangan seperti olahraga; tenis, renang, sepak bola, dan mendayung. Ia juga belajar bermain violin.
Pada tahun 1912, ia bertemu dengan Robert Baden-Powell, dalam sebuah perjalanan kapal laut ocean liner (RMSP Arcadian) ke New York, pada saat itu umurnya baru 23 dan Baden Powell 55. Uniknya, mereka memiliki kesamaan tanggal lahir dan memutuskan untuk bertunangan pada tanggal yang sama juga. Pada tanggal 30 Oktober 1912 mereka memutuskan untuk menikah.

Olave mulai ambil bagian dalam Kepanduan Putri pada tahun 1914, dan pada tahun 1918 diangkat sebagai Kepala Kepanduan Putri Inggris. Pada bulan Oktober 1939, Ia pindah ke Nyeri, Kenya bersama dengan Baden-Powell, hingga Baden-Powell meninggal pada 8 Januari 1941.
Sepeninggal Baden-Powell, ia memimpin Gerakan Kepanduan Putri selama kurang lebih 40 tahun dan mengembangkan Gerakan Kepanduan ke seluruh penjuru dunia. Ia sempat terkena serangan jantung pada tahun 1961 di Australia, dan akibatnya ia dilarang untuk berpergian keluar negeri lagi. Ia meninggal pada tanggal 25 Juni 1977 di Birtley House, Bramley Inggris, abu jenasahnya dibawa ke Kenya dan dimakamkan di tempat pemakaman Baden-Powell.

 Sumber: Wikipedia


9. Abdul Azis Saleh
Kol TNI (Purn.) Dr. Abdul Azis Saleh (lahir di Boyolali, Jawa Tengah, 20 September 1914 – meninggal di Jakarta, 3 April 2001 pada umur 86 tahun) adalah dokter dan politikus Indonesia yang pernah 9 tahun menjabat sebagai menteri, sejak Kabinet Djuanda sampai Kabinet Dwikora I. Salah seorang penandatangan Petisi 50 ini menamatkan pendidikan kedokterannya di Geneeskunde Hogeschool (GHS) pada tahun 1942.

Ia adalah Wakil Ketua Kwartir Nasional sekaligus Ketua Harian pertama. Ia menjadi salah satu kunci dari Panitia Lima yang pernah ditugaskan oleh Presiden Soekarno untuk membentuk Gerakan Pramuka pada tahun 1961. Tahun 1970 menjadi Sekretaris Jendral Gerakan Pramuka. Tahun 1974 menjadi Sekretaris Mabinas. Keaktifannya di tingkat nasional meredup setelah bergabung di Petisi 50. Setelah reformasi, barulah ia mendapat penghargaan Tunas Kencana yang merupakan penghargaan tertinggi Gerakan Pramuka, setelah tertunda belasan tahun.

Sumber: Wikipedia


 10. Agus Salim
Haji Agus Salim (lahir dengan nama Mashudul Haq (berarti "pembela kebenaran"); lahir di Koto Gadang, Agam, Sumatera Barat, Hindia Belanda, 8 Oktober 1884 – meninggal di Jakarta, Indonesia, 4 November 1954 pada umur 70 tahun) adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia. Haji Agus Salim ditetapkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia pada tanggal 27 Desember 1961 melalui Keppres nomor 657 tahun 1961.

Agus Salim lahir dari pasangan Soetan Salim gelar Soetan Mohamad Salim dan Siti Zainab. Jabatan terakhir ayahnya adalah Jaksa Kepala di Pengadilan Tinggi Riau.
Pendidikan dasar ditempuh di Europeesche Lagere School (ELS), sekolah khusus anak-anak Eropa, kemudian dilanjutkan ke Hoogere Burgerschool (HBS) di Batavia. Ketika lulus, ia berhasil menjadi lulusan terbaik di HBS se-Hindia Belanda.
Setelah lulus, Salim bekerja sebagai penerjemah dan pembantu notaris pada sebuah kongsi pertambangan di Indragiri. Pada tahun 1906, Salim berangkat ke Jeddah, Arab Saud.
i untuk bekerja di Konsulat Belanda di sana. Pada periode inilah Salim berguru pada Syeh Ahmad Khatib, yang masih merupakan pamannya.
Salim kemudian terjun ke dunia jurnalistik sejak tahun 1915 di Harian Neratja sebagai Redaktur II. Setelah itu diangkat menjadi Ketua Redaksi. Menikah dengan Zaenatun Nahar dan dikaruniai 8 orang anak. Kegiatannya dalam bidang jurnalistik terus berlangsung hingga akhirnya menjadi Pemimpin Harian Hindia Baroe di Jakarta. Kemudian mendirikan Suratkabar Fadjar Asia. Dan selanjutnya sebagai Redaktur Harian Moestika di Yogyakarta dan membuka kantor Advies en Informatie Bureau Penerangan Oemoem (AIPO). Bersamaan dengan itu Agus Salim terjun dalam dunia politik sebagai pemimpin Sarekat Islam.

Sumber:Wikipedia


Demikain beberapa tokoh pramuka dunia dan Indonesia, masih banyak tokoh lain yang belum tersampaikan di sini. Jika ada waktu luang dapat diposting di kiriman selanjutnya

Senin, 07 Desember 2015

Cara Menentukan Jenis Transistor (NPN atau PNP) dan Kaki-Kakinya (Basis, Emitor dan Kolektor)

Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai sirkuit pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal atau sebagai fungsi lainnya. Transistor dapat berfungsi semacam kran listrik, dimana berdasarkan arus inputnya (BJT) atau tegangan inputnya (FET), memungkinkan pengaliran listrik yang sangat akurat dari sirkuit sumber listriknya. (Wikipedia, 2015)


  



Pada umumnya, transistor memiliki 3 terminal, yaitu Basis (B), Emitor (E) dan Kolektor (C) serta terdapat jenis PNP dan NPN. Untuk lebih gampang sebenarnya dapat kita pelajari dari datasheet transistor tersebut, seperti datasheet transistor TIP 40 ini. Namun saat ini kita akan memperlajari cara menentukan tanpa datasheet, yaitu menggunakan AVO Meter.

1. Menentukan Jenis dan Kaki Basis
a. Atur AVO Meter pada Ohmmeter skala X10 atau X100
b. Buat perumpamaan kaki transistor dengan memberi nomor seperti gambar berikut:






c. Hubungkan probe dengan kaki-kaki transistor, kemudian cocokkan dengan tabel berikut:

 



2. Menentukan Kaki Emitor dan Kolektor
Setelah melakukan langlah 1 maka sudah diketahui kaki basis, sekarang tinggal 2 kaki yang belum diketahui, untuk itu lakukan langkah berikut:
a. Pindahkan saklar AVO Meter ke X10KOhm
b. Buat perumpamaan dua kaki yang belum diketahui dengan nama kaki A dan kaki B.
c. Hubungkan probe dengan kaki A dan kaki B
d. Perhatikan tabel berikut:

 



Selain dengan cara tersebut, menetukan kaki kmitor juga dapat dilihat melalui body transistor, yaitu terdapat tanda huruf C, tanda bulat, kotak atau titik segitiga. Sedangkang untuk emitor ditandai dengan sirip.
Sedangkan transistor dengan body logam dapat kita tentukan kaki kolektor dengan mengukur antara body dengan salah satu kaki, apabila jarum bergerak, maka kaki tersebut adalah kolektor. Hal tersebut karena body transistor adalah kolektor.
Ohm meter x10 atau x100

Read more at: http://elektronika-dasar.web.id/menentukan-kaki-transistor/
Copyright © Elektronika Dasar
Ohm meter x10 atau x100

Read more at: http://elektronika-dasar.web.id/menentukan-kaki-transistor/
Copyright © Elektronika Dasar
Ohm meter x10 atau x100

Read more at: http://elektronika-dasar.web.id/menentukan-kaki-transistor/
Copyright © Elektronika Dasar
Ohm meter x10 atau x100

Read more at: http://elektronika-dasar.web.id/menentukan-kaki-transistor/
Copyright © Elektronika Dasar
Ohm meter x10 atau x100

Read more at: http://elektronika-dasar.web.id/menentukan-kaki-transistor/
Copyright © Elektronika Dasar
Ohm meter x10 atau x100

Read more at: http://elektronika-dasar.web.id/menentukan-kaki-transistor/
Copyright © Elektronika Dasar